Lencana Facebook

Sabtu, 31 Januari 2009

Pneumonia

A. Pengertian Pneumonia

Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun jamur. Penyebab yang paling umum dari suatu pneumonia bakteri adalah Streptococcus pneumoniae. Pada bentuk dari pneumonia ini, biasanya ada suatu penimbulan yang tiba-tiba dari penyakit dengan menggigil, demam, dan produksi dari suatu sputum yang berwarna karat. Infeksi menyebar kedalam darah pada 20%-30% dari kasus-kasus, dan jika ini terjadi, 20%-30% dari pasien-pasien ini meninggal.

Penyebab pneumonia adalah:
1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa):
a. Streptococcus pneumoniae
b. Staphylococcus aureus
c. Legionella
d. Hemophilus influenzae
2. Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)
3. Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-anak dan dewasa muda)
4. Jamur tertentu.

Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui:
1. Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar
2. Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
3. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.

Beberapa orang yang rentan (mudah terkena) pneumonia adalah:
1. Peminum alkohol
2. Perokok
3. Penderita diabetes
4. Penderita gagal jantung
5. Penderita penyakit paru obstruktif menahun
6. Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker,penerima organ cangkokan)
7. Gangguan sistem kekebalan karena penyakit (penderita AIDS).

Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama pembedahan perut) atau cedera (terutama cedera dada), sebagai akibat dari dangkalnya pernafasan, gangguan terhadap kemampuan batuk dan lendir yang tertahan. Yang sering menjadi penyebabnya adalah Staphylococcus aureus, pneumokokus, Hemophilus influenzae atau kombinasi ketiganya.
Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri, yang tersering yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae pneumococcus). Pneumonia pada anak-anak paling sering disebabkan oleh virus pernafasan, dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae.
Pneumonia dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu diantaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu "community-acquired" (diperoleh diluar institusi kesehatan) dan "hospital-acquired" (diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya). Pneumonia yang didapat diluar institusi kesehatan paling sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae. Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh penderita untuk melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu, kemungkinannya terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik adalah lebih besar.
Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.
Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia.

Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia:
1. Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia)
2. Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ).

Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini.

B. Penyebaran Pneumonia
Dua vaksin tersedia untuk mencegah penyakit pneumococcal; pneumococcal conjugate vaccine (PCV7; Prevnar) dan pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV23; Pneumovax). Pneumococcal conjugate vaccine adalah bagian dari jadwal imunisasi bayi yang rutin di Amerika dan direkomendasikan untuk semua anak-anak dibawah umur 2 tahun dan anak-anak yang berumur 2-4 tahun yang mempunyai kondisi-kondisi medis tertentu. Pneumococcal polysaccharide vaccine direkomendasikan untu dewasa-dewasa yang berada pada risiko yang meningkat mengembangkan pneumococcal pneumonia termasuk orang-orang yang lebih tua yang mempunyai diabetes, penyakit jantung, paru, atau ginjal yang kronis, mereka yang dengan alkoholisme, perokok-perokok sigaret, dan pada orang-orang yang telah diangkat limpanya.
Antibiotik-antibiotik seringkali digunakan dalam perawatan tipe pneumonia ini termasuk penicillin, amoxicillin dan clavulanic acid (Augmentin, Augmentin XR), dan macrolide antibiotics termasuk erythromycin, azithromycin (Zithromax, Zmax), dan clarithromycin (Biaxin). Penicillin tadinya/dahulu adalah pilihan dari antibiotik dalam merawat infeksi ini. Dengan kedatangan dan penggunaan yang luas dari broader-spectrum antibiotics, resistensi yang signifikan terhadap obat telah berkembang. Penicillin mungkin masih efektif dalam perawatan dari pneumococcal pneumonia, namun ia harus hanya digunakan setelah pembiakan dari bakteri mengkonfirmasi kepekaan mereka terhadap antibiotik ini.
Klebsiella pneumoniae dan Hemophilus influenzae adalah bakteri-bakteri yang seringkali menyebabkan pneumonia pada orang-orang yang menderita dari penyakit chronic obstructive pulmonary disease (COPD) atau alkolisme. Antibiotik-antibiotik yang bermanfaat dalam kasus ini adalah generasi cephalosporins kedua dan ketiga, amoxicillin dan clavulanic acid, fluoroquinolones (levofloxacin (Levaquin), moxifloxacin-oral (Avelox), gatifloxacin-oral (Tequin), dan sulfamethoxazole dan trimethoprim (Bactrim, Septra)).
Mycoplasma pneumoniae adalah suatu tipe bakteri yang seringkali menyebabkan suatu infeksi yang berkembang secara perlahan. Gejala-gejala termasuk demam, kedinginan, nyeri-nyeri otot, diare, dan ruam kulit. Bakteri ini adalah penyebab utama dari banyak pneumonia dalam bulan-bulan musim panas dan gugur, dan kondisinya seringkali dirujuk sebagai "atypical pneumonia". Macrolides (erythromycin, clarithromycin, azithromycin, dan fluoroquinolones) adalah antibiotik-antibiotik yang umum diresepkan untuk merawat Mycoplasma pneumonia.
Penyakit Legionnaire disebabkan oleh bakteri Legionella pneumoniae yang paling sering ditemukan pada suplai-suplai air yang terkontaminasi dan alat-alat pendingin udara (air conditioners). Ia adalah suatu infeksi yang berpotensi fatal jika tidak didiagnosis secara akurat. Pneumonia adalah bagian dari infeksi keseluruhan, dan gejala-gejala termasuk demam tinggi, suatu denyut jantung yang relatif perlahan, diare, mual, muntah, dan nyeri dada. Laki-laki yang lebih tua, perokok-perokok, dan orang-orang yang sistim imunnya ditekan berada pada risiko yang lebih tinggi mengembangkan penyakit Legionnaire. Fluoroquinolones adalah perawatan pilihan pada infeksi ini. Infeksi ini seringkali didianosis dengan suatu tes urin khusus yang mencari antibodi-antibodi yang spesifik pada organisme-organisme spesifik.
Mycoplasma, Legionnaire, dan infeksi yang lain, Chlamydia pneumoniae, semuanya menyebabkan suatu sindrom yang dikenal sebagai "atypical pneumonia." Pada sindrom ini, x-ray dada menunjukan kelainan-kelainan yang menyebar, namun pasien tidak tampak sungguh sakit. Infeksi-infeksi ini adalah sangat sulit untuk dibedakan secara klinik dan seringkali memerlukan bukti laboratorium untuk konfirmasi.
Pneumocystis carinii pneumonia adalah bentuk yang lain dari pneumonia yang biasanya melibatkan kedua paru-paru. Ia terlihat pada pasien-pasien dengan suatu sistim imun yang dikompromikan, dari kemoterapi untuk kanker, HIV/AIDS, dan yang dirawat dengan TNF (tumor necrosis factor), seperti untuk rheumatoid arthritis. Sekali didiagnosis, ia biasanya merespon baik pada antibiotik-antibiotik yang mengandung sulfa. Steroid-steroid seringkali digunakan secara tambahan pada kasus-kasus yang lebih parah.
Pneumonia-pneumonia virus secara khas tidak merespon pada perawatan antibiotik. Infeksi-infeksi ini dapat disebabkan oleh adenoviruses, rhinovirus, influenza virus (flu), respiratory syncytial virus (RSV), dan parainfluenza virus (yang juga menyebabkan croup). Pneumonia-pneumonia ini biasanya hilang melalui waktu dengan sistim imun tubuh menghindari infeksi. Adalah penting untuk memastikan bahwa suatu pneumonia bakteri tidak berkembang secara sekunder. Jika ia lakukan, maka pneumonia bakteri dirawat dengan antibiotik-antibiotik yang tepat. Pada beberapa situasi-situasi, terapi antivirus adalah bermanfaat dalam merawat kondisi-kondisi ini.
Infeksi-infeksi jamur yang dapat menjurus pada pneumonia termasuk histoplasmosis, coccidiomycosis, blastomycosis, aspergillosis, dan cryptococcosis. Ini bertanggung jawab untuk suatu persentase yang relatif kecil dar pneumonia-pneumonia di Amerika. Setiap jamur mempunyai perawatan-perawatan antibiotik yang spesifik, diantara mana adalah amphotericin B, fluconazole (Diflucan), penicillin, dan sulfonamides.
Kekhwatiran-kekhwatiran utama telah berkembang dalam komunitas kedokteran menyangkut penggunaan yang berlebihan dari antibiotik-antibiotik. Kebanyakan luka-luka tenggorokan dan infeksi-infeksi pernapasan bagian atas disebabkan oleh virus-virus daripada oleh bakteri-bakteri. Meskipun antibiotik-antibiotik adalah tidak efektif melawan virus-virus, mereka seringkali diresepkan. Penggunaan yang berlebihan ini telah berakibat dalam suatu keragaman dari bakteri-bakteri yang telah menjadi resisten pada banyak antibiotik-antibiotik. Organisme-organisme yang resisten ini umumnya terlihat di rumah-rumah sakit dan rumah-rumah merawat/menyusui. Sesungguhnya, dokter-dokter harus mempertimbangkan lokasi ketika meresepkan antibiotik-antibiotik (pneumonia yang didapat dari komunitas atau community-acquired pneumonia (CAP), versus pneumonia yang didapat dari rumah sakit atau hospital-acquired pneumonia (HAP)).
Organisme-organisme yang lebih mematikan seringkali datang dari lingkungan perawatan kesehatan, rumah sakit atau rumah-rumah perawatan. Organisme-organisme ini telah dipaparkan pada suatu keragaman dari antibiotik-antibiotik yang paling kuat yang tersedia untuk kita. Mereka cencerung mengembangkan resistensi pada beberapa dari antibiotik-antibiotik ini. Organisme-organisme ini dirujuk sebagai nosocomial bacteria dan dapat menyebabkan apa yang dikenal sebagai nosocomial pneumonia ketika paru-paru terinfeksi.
Baru-baru ini, satu dari organisme-organisme yang resisten ini dari rumah sakit telah menjadi cukup umum di masyarakat. Pada beberapa masyarakat-masyarakat, sampai dengan 50% dari infeksi-infeksi Staph aureus disebabkan oleh organisme-organisme yang resisten pada antibiotik methicillin. Organisme ini dirujuk sebagai MRSA (methicillin-resistant Staph aureus) dan memerlukan antibiotik-antibiotik khusus ketika ia menyebabkan infeksi. Ia dapat menyebakan pneumonia namun juga seringkali menyebabkan infeksi-infeksi kulit. Pada banyak rumah-rumah sakit, pasien-pasien dengan infeksi ini ditempatkan di isolasi kontak. Pengunjung-pengunjung mereka seringkali diminta memakai sarung tangan, masker, dan jubah. Ini dilakukan untuk membantu mencegah penyebaran dari bakteri ini pada permukaan-permukaan lain dimana mereka dapat dengan tidak hati-hati mengkontaminasi apa saja yang menyentuh permukaan itu. Oleh karenanya adalah sangat penting untuk mencuci tangan-tangan anda secara menyeluruh dan seringkali untuk membatasi penyebaran lebih jauh dari organisme resisten ini.

C. Gejala-gajala Pneumonia

Gejala yang berhubungan dengan pneumonia termasuk batuk, sakit dada, demam, dan kesulitan bernafas. Alat diagnosa termasuk sinar-x dan pemeriksaan sputum. Perawatan tergantung dari penyebab pneumonia; pneumonia disebabkan bakteri dirawat dengan antibiotik.

Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah:
1. batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah)
2. nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk)
3. menggigil
4. demam
5. mudah merasa lelah
6. sesak nafas
7. sakit kepala
8. nafsu makan berkurang
9. mual dan muntah
10. merasa tidak enak badan
11. kekakuan sendi
12. kekakuan otot.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
1. kulit lembab
2. batuk darah
3. pernafasan yang cepat
4. cemas, stres, tegang
5. nyeri perut.

D. Penyebab Pneumonia

Sebenarnya pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel. Bakteri-bakteri dan kuman-kuman lain juga dapat menyebabkan pneumonia. Oleh karenanya, jika anda mempunyai gejala-gejala apa saja dari pneumonia, anda harus mendapatkan diagnosis sedini dan mulai minum obat, jika tepat. Dokter anda dapat biasanya mendiagnosis pneumococcal pneumonia dengan menemukan bakteri S. pneumoniae didalam darah anda, air liur, atau cairan paru.

1. Pneumonia Oleh Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Pencandu alkohol, pasien pasca-operasi, orang-orang dengan penyakit gangguan pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.
Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah, dan denyut jantungnya meningkat cepat. Bibir dan kuku mungkin membiru karena tubuh kekurangan oksigen. Pada kasus yang eksterm, pasien akan mengigil, gigi bergemelutuk, sakit dada, dan kalau batuk mengeluarkan lendir berwarna hijau. Sebelum terlambat, penyakit ini masih bisa diobati. Bahkan untuk pencegahan vaksinnya pun sudah tersedia.

2. Pneumonia Oleh Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas-terutama pada anak-anak- gangguan ini bisa memicu pneumonia. Untunglah, sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.
Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian, Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan.
Gejala Pneumonia oleh virus sama saja dengan influensa, yaitu demam, batuk kering sakit kepala, ngilu diseluruh tubuh. Dan letih lesu, selama 12 ? 136 jam, napas menjadi sesak, batuk makin hebat dan menghasilkan sejumlah lendir. Demam tinggi kadang membuat bibir menjadi biru.

3. Pneumonia Mikoplasma

Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal ( Atypical Penumonia ).
Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi dalam perang dnia II. Mikoplasma adalah agen terkecil dialam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya.
Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam dan menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu lama.

4. Pneumonia Jenis Lain

Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pnumonia ( PCP ) yang diduga disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS.PCP bisa diobati pada banyak kasus. Bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian, namun pengobatan yang baik akan mencegah atau menundah kekambuhan.Pneumonia lain yang lebih jarang disebabkan oleh masuknya makanan, cairan , gas, debu maupun jamur.
Rickettsia- juga masuk golongan antara virus dan bakteri-menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis. Penyakit-penyakit ini juga mengganggu fungsi Paru, namun pneumonia tuberkulosis alis TBC adalah infeksi paru paling berbahaya kecuali dioabati sejak dini.

E. Pengobatan Pneumonia

Anda mengalami tanda-tanda penumonia ?, Jangan khawatir, kesempatan sembuh masih amat besar dengan syarat-syarat berikut ini; usia masih muda, dideteksi sejak dini, sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik, infeksi belum menyebar, dan tidak ada infeksi lain.
Pengobatan awal biasanya adalah antibiotik, yang cukup manjur mengatasi penumonia oleh bakteri, mikoplasma dan beberapa kasus rickettsia. Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan khusus, meski beberapa obat antivirus telah digunakan. Kebanyakan pasien juga bisa diobati dirumah. Biasanya dokter yang menangani peneumonia akan memilihkan obat sesuai pertimbangan masing-masing, setelah suhu pasien kembali normal, dokter akan menginstruksikan pengobatan lanjutan untuk mencegah kekambuhan. Soalnya, seranganberikutnya bisa lebih berat dibanding yang pertama. Selain antibiotika, pasien juga akan mendapat pengobatan tambahan berupa pengaturan pola makan dan oksigen untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.
Pada pasien yang berusia pertengahan, diperlukan istirahat lebih panjang untuk mengembvalikan kondisi tubuh. Namun, mereka yang sudah sembuh dari dari pneumonia mikoplasma akan letih lesu dalam waktu yang panjang. Secara rutin, pasien yang sudah sembuh dari pneumonia jangan dilarang kembali melakukan aktifitasnya. Namun mereka perlu diingatkan untuk tidak langsung melakukan yang berat-berat. Soalnya, istirahat cukup merupakan kunci untuk kembali sehat.
Untuk menangani pernapasan akut parah ( Severe Acute Respiratory Syndrom/SARS) yang masih misterius, organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan para petugas kesehatan untuk menerapkan Universal Precautions. Artinya, mereka harus mengenakan sarung tangan, masker, sepatu boot dan jas yang melindungi seluruh tubuh dari kontak langsung dengan penderita. Buat penderitanya juga dianjurkan untuk mengenakan masker dan pelindung lain sampai SARS-nya ditanggulangi. Pasien yang dicurigai atau kemungkinan besar terkena SARS harus diisolasi. Ruang perawatannya harus bertekanan rendah dengan pintu tertutup rapat, tidak sharing dengan pasien lain ( termasuk dengan pasien sindrome serupa ) dan punya fasilitas kamar mandi dan kloset sendiri.
Semua peralatan yang digunakan sebaiknya sekali pakai dan ruangan dibersihkan dengan menggunakan desinfektans yang mengandung antibakteri, antivirus dan antijamur. Pasien sebaiknya dijaga tidak banyak bergerak. Pasien maupun para petugas kesehatan yang menangani dianjurkan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun untuk menghindari penyebaran. Karena antibiotika berspekturm luas tidak menunjukkan efektifitas menangani SARS, WHO lebih menganjurkan untuk memanfaatkan suntikan intravena ribavirin dan steroid untuk menstabilkan kondisi pasien yang sudah kritis.

F. Pencegahan Pneumonia

Penelitian terhadap Streptococcus pneumoniae dari infeksi pneumokokus telah dilakukan sejak lebih dari 100 tahun yang lalu yang memfokuskan upaya untuk pengontrolan infeksi oleh kuman tersebut. Penelitian selanjutnya lebih difokuskan pada pemahaman mekanisme antibodi terhadap antigen polisakarida simpai pneumokok clan pengembangan vaksin pneumokok polivalen yang lebih baru clan yang lebih efektif.
Vaksin pneumokuk polivalen dapat digunakan dalam pencegahan pneumonia pneumokok, walaupun masih terbatas penggunaannya, vaksin pneumokok (23 valen) terbukti cukup efektif untuk profilaksis infeksi pneumokokus invasif.
Vaksin pneumococcal adalah satu-satunya jalan untuk mencegah memperoleh pneumococcal pneumonia. Vaksin-vaksin tersedia untuk anak-anak dan kaum dewasa. Vaksin-vaksin dan imunisasi-imunisasi dari Pusat-pusat untuk Kontrol Penyakit dan Pencegahan merekomendasikan bahwa anda mendapatkan vaksin pneumococcal pneumonia jika anda berada didalam kelompok-kelompok mana saja dari yang berikut:

a. Adna berumur 65 ahun atau lebih tua
b. Anda mempunyai suatu persoalan kesehatan jangka panjang yang serius seperti penyakit jantung, penyakit sel sabit, alkoholisme, penyakit paru (tidak termasuk asma), diabetes, atau sirosis hati
c. Resistensi anda pada infeksi menurun yang disebabkan oleh:
o Infeksi HIV atau AIDS
o Lymphoma, leukemia, atau kanker-kanker lain
o Perawatan kanker dengan x-rays atau obat-obat
o Perawatan dengan obat-obat steroid jangka panjang
o Transplantasi sumsum tulang atau organ
o Gagal ginal atau sisdrom ginjal
o Limpa yang rusak atau tidak ada limpa
d. Anda adalah seorang pribumi Alaska atau dari populasi-populasi pribumi Amerika tertentu
NIP juga merekomendasikan bahwa semua bayi-bayi dan anak-anak yang lebih muda dari 2 tahun mendapatkan vaksin pneumococcal.

Frozen Shoulder

A. Pengertian Frozen Shoulder

Frozen shoulder merupakan penyakit dengan karakteristik nyeri dan keterbatasan gerak, dan penyebabnya idiopatik yang sering dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma sering kali ringan. Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto immobization terhadap hasil – hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina pectoris).

Pada frozen shoulder terdapat perubahan patologi pada kapsul artikularis glenohumeral yaitu perubahan pada kapsul sendi bagian anterior superior mengalami synovitis, kontraktur ligamen coracohumeral, dan penebalan pada ligamen superior glenohumeral, pada kapsul sendi bagian anterior inferior mengalami penebalan pada ligamen inferior glenohumeral dan perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi bagian posterior terjadi kontraktur, sehingga khas pada kasus ini rotasi internal paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi eksternal paling terbatas atau biasa disebut pola kapsuler. Perubahan patologi tersebut merupakan respon terhadap rusaknya jaringan lokal berupa inflamasi pada membran synovial.dan kapsul sendi glenohumeral yang membuat formasi adhesive sehingga menyebabkan perlengketan pada kapsul sendi dan terjadi peningkatan viskositas cairan sinovial sendi glenohumeral dengan kapasitas volume hanya sebesar 5-10ml, yang pada sendi normal bisa mencapai 20-30ml, dan selanjutnya kapsul sendi glenohumeral menjadi mengkerut, pada pemeriksaan gerak pasif ditemukan keterbatasan gerak pola kapsular dan firm end feel dan inilah yang disebut frozen shoulder.

Histologis frozen shoulder yang terjadi pada sendi glenohumeral seperti telah dijelaskan di atas adalah kehilangan ekstensibilitas dan termasuk abnormal cross-bridging diantara serabut collagen yang baru disintesa dengan serabut collagen yang telah ada dan menurunkan jarak antar serabut yang akhirnya mengakubatkan penurunan kandungan air dan asam hyaluronik secara nyata. Pada pasca immobilisasi perlekatan jaringan fibrous menyebabkan perlekatan atau adhesi intra artikular dalam sendi sinovial dan mengakibatkan nyeri serta penurunan mobilitas.

B. Anatomi, Fisiologi Terapan dan Biomekanik Sendi Bahu

Beberapa aspek anatomi terapan dan biomekanik sendi bahu yang sangat diperhatikan adalah :

1. Tulang

Kerangka extremitas superior terdiri dari Cingulum Membri Superior dan kerangka lengan. Cingulum pectorale terdiri dari kedua scapula dan di sebelah ventral dihubungkan pada Manubrium Sterni, menghubungkan extremitas superior pada kerangka axial. Meski daya gerak Cingulum Membri Superior amat besar, kedudukan bagian ini dimantapkan dan dipertahankan oleh otot-otot yang berhubungan pada costa, sternum, dan vertebra.

2. Clavikula

Clavikula menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. Ujung medial clavikula bersendi dengan manubrium melalui Articulatio Sternoclavikularis. Ujung lateralnya bersendi pada acromion melalui Articulatio Acromioclavicularis. Bagian duapertiga medial Corpus Clavicularis berbentuk cembung ke ventral, sedangkan bagian sepertiga lateral pipih dan cekung ke ventral, karena lengkung-lengkung ini, clavikula tampak sebagai huruf S besar yang memanjang.

3. Scapula

Scapula terletak pada aspek Posterolateral thorax, menutupi costa II sampai costa VII. Badan scapula yang tipis dan tembus cahaya, berbentuk segitiga. Facies Costalis scapula yang cekung membentuk Fossa Subscapularis yang luas, dan permukaannya di sebelah dorsal (facies posterior) yang cembung, terbagi oleh spina scapula menjadi Fossa Supraspinata yang lebih besar. Ke arah lateral spina scapulae melanjutkan diri sebagai acromion yang membentuk ujung bahu dan bersendi pada clavikula. Di sebelah Cranio Lateral permukaan lateral scapula membentuk Cavitas Glenoidalis yang bersendi dengan caput humeri pada Articulatio Humeri. Processus Coracoideus yang menyerupai paruh, terletak cranial dari Cavitas Glenoidalis dan mengarah ke ventrolateral.

4. Humerus

Humerus bersendi dengan scapula pada Articulatio Humeri, dan dengan radius pada Articulatio Cubiti. Caput femoris yang menyerupai bola, bersendi pada Cavitas Glenoidalis Scapulae. Sulcus Intertubercularis membatasi Tuberculum Minus terhadap Tuberculum Mayus. Tepat distal dari caput humeri, collum anatomicum membatasi caput femoris terhadap kedua Tuberculum. Distal dari kedua tuberculum terdapat Collum Chirurgicum yang merupakan tempat humerus menyempit untuk menjadi corpus humeri.

Pada corpus humeri terdapat dua ciri yang mencolok, yakni Tuberositas Deltoida di sebelah lateral dan Sulcus Nervi Radialis di sebelah posterior. Crista Supracondylaris Medialis dan Crista Supracondylaris Lateralis yang tajam, ke arah distal berakhir sebagai Epicondylus Medialis dan Epicondylus Lateralis yang menonjol. Ujung distal humerus memiliki dua permukaan articular, sebuah Capitulum Humeri di sebelah lateral untuk bersendi dengan caput radii dan sebuah trochlea di sebelah medial untuk bersendi dengan ulna. Di sebelah depan, dan proximal dari trochlea, terdapat fossa coronoidea untuk processus coronoideus untuk olecranon ulnae. Di sebelah depan, proximal terhadap Capitulum Humeri, terlihat Fossa Radialis untuk tepi caput radii sewaktu lengan bawah refleksi.

5. Shoulder Joint

Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendi kostovertebral atas, sendi akromioklavikular, sendi sternoklavikular, permukaan pergeseran skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi bahu. Gangguan gerakan di dalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi untuk sendi-sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya. Sendi bahu dibentuk oleh kepala tutang humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis.

Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya.

Beberapa karakteristik daripada sendi bahu, yaitu:

1. Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepala sendinya tidak sebanding.

2. Kapsul sendinya relatif lemah.

3. Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot supraspinatus, infrapinatus, teres minor dan subscapularis.

4. Gerakannya paling luas.

5. Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.

Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya

6. Kapsul Sendi

Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars) :

a) Kapsul Sinovial (lapisan bagian dalam)

Dengan karakteristik mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah.Fungsinya menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan sendi.Bila ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali mengalami gangguan fungsi adalah kapsul sinovial, tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis sendi.

b) Kapsul Fibrosa

Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan stabititas sendi, memelihara regenerasi kapsul sendi.

Kita dapat merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila rangsangan tersebut sudah sampai di kapsul fibrosa.

c) Kartilago

Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi, sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalau.Namun demikian pada gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago (Weiss,1979).

7. Osteokinematik dan Arthrokinematik Glenohumeral Joint.

Sebelum melakukan tindakan dengan tekhnik terapi tertentu hal yang mutlak harus diketahui oleh fisioterapis adalah memahami mekanisme osteokinematik dan arthokinematik khususnya dengan problematik pasien yang berkaitan dengan gerak oleh keterbatasan sendi.

Osteokinematika adalah gerakan yang terjadi pada tulang pada glenohumeral joint mempunyai 3° kebebasan gerak yaitu fleksi- ekstensi, abduksi-adduksi, internal-ektermal rotasi.

Athrokinematika adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi. Pada Glenohumeral Joint gerakan fleksi-ekstensi dan abduksi- adduksi terjadi karena roll dan slide caput humeri pada Fossa Glenoidalis. Arah slide berlawanan arah dengan shaft humeri. Caput humeri slide kearah poterior dan inferior pada gerakan fleksi, kearah anterior dan superior pada gerakan ekstensi. kearah inferior pada gerakan abduksi dan kearah superior pada gerakan adduksi. Pada gerakan eksternal rotasi, caput humeri slide pada fossa glenoidal kearah anterior dan pada gerakan internal rotasi slide kearah posterior.

8. Gerakan - gerakan pada sendi bahu.

Gerakan yang terjadi pada shoulder merupakan gerakan yang terjadi pada humerus pada semua tempat di Glenohumeral Articulatio.

a) Fleksi dan hiperfleksi adalah gerakan ke depan dan keatas pada ruang sudut kanan pada bidang sagital, gerakan yang melebihi 180° adalah hiperfleksi.

b) Ekstensi adalah gerakan kembali dari fleksi pada bidang sagital.

c) Hiperekstensi adalah gerakan berlawanan pada bidang sudut kanan pada scapula.

d) Abduksi adalah gerakan-gerakan kesamping dan keatas dalam bidang.sejajar pada scapula bidang frontal.

e) Adduksi adalah gerakan kesamping dan keatas dalam bidang sejajar scapula bidang frontal.

f) Eksternal lateral rotasi adalah gerakan rotasi pada humerus disekitar axis mekhanik, dimana lengan pada posisi istirahat normal, pada aspek lateral anterior bidang horizontal.

g) Internal lateral rotasi adalah gerakan rotasi pada humerus disekitar axis mechanic, dimana lengan pada posisi istirahat normal pada aspek medial bidang horizontal. Gerakan yang penuh kedalam dan keluar dapat dilihat dengan baik pada posisi lengan fleksi 90° dan humerus abduksi 90°.

h) Horizontal adduksi adalah gerakan kedepan dan abduksi humerus pada bidang horizontal pada bidang sejajar dari scapula sudut kanan.

i) Horizontal abduksi adalah gerakan kebelakang dari fleksi humerus pada bidang horizontal pada bidang sejajar dari sudut kanan scapula.

j) Sirkumduksi adalah gerakan gabungan dari fleksi, abduksi, ekstensi.hiperekstensi, adduksi sehingga tangan berbentuk lingkaran.