Lencana Facebook

Sabtu, 31 Januari 2009

Frozen Shoulder

A. Pengertian Frozen Shoulder

Frozen shoulder merupakan penyakit dengan karakteristik nyeri dan keterbatasan gerak, dan penyebabnya idiopatik yang sering dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma sering kali ringan. Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto immobization terhadap hasil – hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina pectoris).

Pada frozen shoulder terdapat perubahan patologi pada kapsul artikularis glenohumeral yaitu perubahan pada kapsul sendi bagian anterior superior mengalami synovitis, kontraktur ligamen coracohumeral, dan penebalan pada ligamen superior glenohumeral, pada kapsul sendi bagian anterior inferior mengalami penebalan pada ligamen inferior glenohumeral dan perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi bagian posterior terjadi kontraktur, sehingga khas pada kasus ini rotasi internal paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi eksternal paling terbatas atau biasa disebut pola kapsuler. Perubahan patologi tersebut merupakan respon terhadap rusaknya jaringan lokal berupa inflamasi pada membran synovial.dan kapsul sendi glenohumeral yang membuat formasi adhesive sehingga menyebabkan perlengketan pada kapsul sendi dan terjadi peningkatan viskositas cairan sinovial sendi glenohumeral dengan kapasitas volume hanya sebesar 5-10ml, yang pada sendi normal bisa mencapai 20-30ml, dan selanjutnya kapsul sendi glenohumeral menjadi mengkerut, pada pemeriksaan gerak pasif ditemukan keterbatasan gerak pola kapsular dan firm end feel dan inilah yang disebut frozen shoulder.

Histologis frozen shoulder yang terjadi pada sendi glenohumeral seperti telah dijelaskan di atas adalah kehilangan ekstensibilitas dan termasuk abnormal cross-bridging diantara serabut collagen yang baru disintesa dengan serabut collagen yang telah ada dan menurunkan jarak antar serabut yang akhirnya mengakubatkan penurunan kandungan air dan asam hyaluronik secara nyata. Pada pasca immobilisasi perlekatan jaringan fibrous menyebabkan perlekatan atau adhesi intra artikular dalam sendi sinovial dan mengakibatkan nyeri serta penurunan mobilitas.

B. Anatomi, Fisiologi Terapan dan Biomekanik Sendi Bahu

Beberapa aspek anatomi terapan dan biomekanik sendi bahu yang sangat diperhatikan adalah :

1. Tulang

Kerangka extremitas superior terdiri dari Cingulum Membri Superior dan kerangka lengan. Cingulum pectorale terdiri dari kedua scapula dan di sebelah ventral dihubungkan pada Manubrium Sterni, menghubungkan extremitas superior pada kerangka axial. Meski daya gerak Cingulum Membri Superior amat besar, kedudukan bagian ini dimantapkan dan dipertahankan oleh otot-otot yang berhubungan pada costa, sternum, dan vertebra.

2. Clavikula

Clavikula menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. Ujung medial clavikula bersendi dengan manubrium melalui Articulatio Sternoclavikularis. Ujung lateralnya bersendi pada acromion melalui Articulatio Acromioclavicularis. Bagian duapertiga medial Corpus Clavicularis berbentuk cembung ke ventral, sedangkan bagian sepertiga lateral pipih dan cekung ke ventral, karena lengkung-lengkung ini, clavikula tampak sebagai huruf S besar yang memanjang.

3. Scapula

Scapula terletak pada aspek Posterolateral thorax, menutupi costa II sampai costa VII. Badan scapula yang tipis dan tembus cahaya, berbentuk segitiga. Facies Costalis scapula yang cekung membentuk Fossa Subscapularis yang luas, dan permukaannya di sebelah dorsal (facies posterior) yang cembung, terbagi oleh spina scapula menjadi Fossa Supraspinata yang lebih besar. Ke arah lateral spina scapulae melanjutkan diri sebagai acromion yang membentuk ujung bahu dan bersendi pada clavikula. Di sebelah Cranio Lateral permukaan lateral scapula membentuk Cavitas Glenoidalis yang bersendi dengan caput humeri pada Articulatio Humeri. Processus Coracoideus yang menyerupai paruh, terletak cranial dari Cavitas Glenoidalis dan mengarah ke ventrolateral.

4. Humerus

Humerus bersendi dengan scapula pada Articulatio Humeri, dan dengan radius pada Articulatio Cubiti. Caput femoris yang menyerupai bola, bersendi pada Cavitas Glenoidalis Scapulae. Sulcus Intertubercularis membatasi Tuberculum Minus terhadap Tuberculum Mayus. Tepat distal dari caput humeri, collum anatomicum membatasi caput femoris terhadap kedua Tuberculum. Distal dari kedua tuberculum terdapat Collum Chirurgicum yang merupakan tempat humerus menyempit untuk menjadi corpus humeri.

Pada corpus humeri terdapat dua ciri yang mencolok, yakni Tuberositas Deltoida di sebelah lateral dan Sulcus Nervi Radialis di sebelah posterior. Crista Supracondylaris Medialis dan Crista Supracondylaris Lateralis yang tajam, ke arah distal berakhir sebagai Epicondylus Medialis dan Epicondylus Lateralis yang menonjol. Ujung distal humerus memiliki dua permukaan articular, sebuah Capitulum Humeri di sebelah lateral untuk bersendi dengan caput radii dan sebuah trochlea di sebelah medial untuk bersendi dengan ulna. Di sebelah depan, dan proximal dari trochlea, terdapat fossa coronoidea untuk processus coronoideus untuk olecranon ulnae. Di sebelah depan, proximal terhadap Capitulum Humeri, terlihat Fossa Radialis untuk tepi caput radii sewaktu lengan bawah refleksi.

5. Shoulder Joint

Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendi kostovertebral atas, sendi akromioklavikular, sendi sternoklavikular, permukaan pergeseran skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi bahu. Gangguan gerakan di dalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi untuk sendi-sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya. Sendi bahu dibentuk oleh kepala tutang humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis.

Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya.

Beberapa karakteristik daripada sendi bahu, yaitu:

1. Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepala sendinya tidak sebanding.

2. Kapsul sendinya relatif lemah.

3. Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot supraspinatus, infrapinatus, teres minor dan subscapularis.

4. Gerakannya paling luas.

5. Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.

Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya

6. Kapsul Sendi

Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars) :

a) Kapsul Sinovial (lapisan bagian dalam)

Dengan karakteristik mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah.Fungsinya menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan sendi.Bila ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali mengalami gangguan fungsi adalah kapsul sinovial, tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis sendi.

b) Kapsul Fibrosa

Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan stabititas sendi, memelihara regenerasi kapsul sendi.

Kita dapat merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila rangsangan tersebut sudah sampai di kapsul fibrosa.

c) Kartilago

Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi, sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalau.Namun demikian pada gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago (Weiss,1979).

7. Osteokinematik dan Arthrokinematik Glenohumeral Joint.

Sebelum melakukan tindakan dengan tekhnik terapi tertentu hal yang mutlak harus diketahui oleh fisioterapis adalah memahami mekanisme osteokinematik dan arthokinematik khususnya dengan problematik pasien yang berkaitan dengan gerak oleh keterbatasan sendi.

Osteokinematika adalah gerakan yang terjadi pada tulang pada glenohumeral joint mempunyai 3° kebebasan gerak yaitu fleksi- ekstensi, abduksi-adduksi, internal-ektermal rotasi.

Athrokinematika adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi. Pada Glenohumeral Joint gerakan fleksi-ekstensi dan abduksi- adduksi terjadi karena roll dan slide caput humeri pada Fossa Glenoidalis. Arah slide berlawanan arah dengan shaft humeri. Caput humeri slide kearah poterior dan inferior pada gerakan fleksi, kearah anterior dan superior pada gerakan ekstensi. kearah inferior pada gerakan abduksi dan kearah superior pada gerakan adduksi. Pada gerakan eksternal rotasi, caput humeri slide pada fossa glenoidal kearah anterior dan pada gerakan internal rotasi slide kearah posterior.

8. Gerakan - gerakan pada sendi bahu.

Gerakan yang terjadi pada shoulder merupakan gerakan yang terjadi pada humerus pada semua tempat di Glenohumeral Articulatio.

a) Fleksi dan hiperfleksi adalah gerakan ke depan dan keatas pada ruang sudut kanan pada bidang sagital, gerakan yang melebihi 180° adalah hiperfleksi.

b) Ekstensi adalah gerakan kembali dari fleksi pada bidang sagital.

c) Hiperekstensi adalah gerakan berlawanan pada bidang sudut kanan pada scapula.

d) Abduksi adalah gerakan-gerakan kesamping dan keatas dalam bidang.sejajar pada scapula bidang frontal.

e) Adduksi adalah gerakan kesamping dan keatas dalam bidang sejajar scapula bidang frontal.

f) Eksternal lateral rotasi adalah gerakan rotasi pada humerus disekitar axis mekhanik, dimana lengan pada posisi istirahat normal, pada aspek lateral anterior bidang horizontal.

g) Internal lateral rotasi adalah gerakan rotasi pada humerus disekitar axis mechanic, dimana lengan pada posisi istirahat normal pada aspek medial bidang horizontal. Gerakan yang penuh kedalam dan keluar dapat dilihat dengan baik pada posisi lengan fleksi 90° dan humerus abduksi 90°.

h) Horizontal adduksi adalah gerakan kedepan dan abduksi humerus pada bidang horizontal pada bidang sejajar dari scapula sudut kanan.

i) Horizontal abduksi adalah gerakan kebelakang dari fleksi humerus pada bidang horizontal pada bidang sejajar dari sudut kanan scapula.

j) Sirkumduksi adalah gerakan gabungan dari fleksi, abduksi, ekstensi.hiperekstensi, adduksi sehingga tangan berbentuk lingkaran.

Tidak ada komentar: